Nabi Musa 'alaihissalam adalah salah satu dari Rasul yang memiliki banyak keistimewaan. Nabi Musa Merupakan kerurunan dari Nabi Ya'kub 'alaihissalam (Israil) melalui dari garis Lawi/Levi menjadikannya sebagai salah satu dari Bani Israil (Musa bin Imran bin Qahats bin Azar bin Lawi bin Ya'kub). Kisah Musa diabadikan ke dalam Al-Qur'an dalam surat yang berbeda. Selain itu Musa adalah nama yang paling banyak disebutkan di dalam Al-Qur'an yaitu 136 kali, menjadikannya sebagai manusia dengan nama paling banyak disebutkan dalam Kitab Suci Al-Qur'an. Surat Al-Qasas merupakan salah satu surat yang menceritakan kisah Nabi Musa terutama kisah awal kelahirannya pada ayat 1-13.
Nabi Musa hidup pada masa raja zalim yang disebut fir'aun. Fir'aun adalah seorang pemimpin kejam yang tidak tau diri, sewenang-wenang, berbuat kerusakan di muka bumi dan mengaku dirinya sebagai tuhan di hadapan rakyatnya. Dia memecah belah rakyatnya dan menindas sepihak sebahagian golongan dari mereka (Bani Israil).
Suatu hari fir'aun mendapat kabar yang kurang menyenangkan dari ahli nujum (tukang sihir) kepercayaannya. Kabar tersebut memberitahu bahwa tak lama lagi seorang bayi laki-laki dari golongan Bani Israil akan lahir dan kelak setelah dewasa akan meruntuhkan kekuasaannya. Mendengar kabar tersebut, Fir'aun langsung marah dan memerintahkan tentaranya agar membunuh setiap bayi laki-laki dari golongan Bani Israil yang lahir dalam waktu satu tahun pada masa itu dan hanya membiarkan bayi perempuan saja.
Kabar kejam tersebut sampai pada Ibu Musa hinga membuatnya khawatir. Sampai hari dimana Musa lahir pun tiba, perasaan ibunya bercampur aduk antara senang; sedih dan khawatir. Pada saat itu, ibu Musa mendapatkan ilham dari Allah sesuai yang tertulis dalam surat Al-Qasas ayat 7 : Dan Kami ilhamkan kepada Ibu Musa. "Susuilah dia (Musa), dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai seorang Rasul". Kemudian Ibu Musa memasukkan Musa ke dalam peti lalu menghanyutkannya ke sungai sambil berdoa memohon dan memasrahkan nasib Musa kepada Allah. Ibu Musa kemudian menyuruh kakak perempuan Musa untuk mengikuti kemana peti tersebut berlabuh. Peti tersebut kemudian berlabuh di dekat istana ditemukan oleh dayang-dayang istana dan istri fir'aun (Asiah), kakak perempuan Musa hanya dapat melihatnya dari kejauhan dan tidak ada seorang pun yang menyadari kehadirannya.
Kemudian Musa diambil dan dibawa oleh Asiah dengan perasaan sangat senang atas kehadiran Musa. Kabar kehadiran bayi laki-laki itu pun terdengar sampai ke telinga fir'aun. Fir'aun hendak membunuhnya namun Asiah berhasil meyakinkan fir'aun agar tidak membunuhnya, peran ini Asiah diabadikan dalam Surat Al-Qasas ayat 9 : Dan Istri fir'aun berkata, "Dia menyejukkan mata hati bagiku dan bagimu, janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita, atau kita angkat dia menjadi anak" sedang mereka tidak menyadari. Setelah itu fir'aun pun setuju dan tidak jadi membunuh Musa dan Asiah pun sangat senang.
Setelah itu, Asiah meminta para dayang istana agar mencari ibu susu untuk bayi Musa. Namun, Musa tidak mau menyusu dengan ibu susu manapun disekitar istana hingga Asiah meminta para dayang agar mencari ibu susu sampai ke pelosok negeri. Mengetahui hal itu, kakak perempuan Musa menawarkan ibunya kepada para dayang agar dapat menyusui Musa. Musa pun dengan lahap menyusu, ternyata Allah mencegah Musa menyusu kepada wanita lain selain kepada Ibu kandungnya Musa, hal ini diabadikan dalam surat Al-Qasas ayat 12 : dan kami cegah dia (Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu, maka berkatalah dia (kakak perempuan Musa), "maukah aku tunjukkan kepadamu keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik padanya ?. Tidak ada yang menyadari bahwa itu adalah Ibunya Musa. Kemudian keesokan harinya Ibunya Musa datang ke istana membawa Musa ke hadapan Asiah. Asiah meminta Ibunya Musa untuk tinggal di istana sampai masa persusuan berakhir, namun ibunya Musa menolak dengan halus karena tidak dapat meninggalkan rumah dan anak laki laki saudaranya Musa (Harun) yang masih berumur 1 tahun, kemudian beliau menawarkan agar Musa dibawa pulang bersamanya sampai masa persusuan berakhir, Asiah pun menyetujuinya. Ibunya Musa pun pulang dari istana dengan perasaan yang bahagia serta mengingat janji Allah Yang akan mengembalikan Musa padanya, sesuai yang tertulis pada ayat 13 surat Al-Qasas : Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.
Setelah masa persusuan berakhir, Ibunya Musa pun membawa Musa kembali ke istana dan menyerahkannya pada Asiah, Asiah pun sangat senang dengan kembalinya Musa. Kemudian Asiah membawa Musa ke hadapan fir'aun dan fir'aun pun menggendongnya. Secara tak sengaja musa kecil menarik jenggot fir'aun hingga fir'aun merasa kesakitan, dia marah dan hendak menyembelih Musa kecil. Asiah mencari cara untuk menyelamatkan Musa, dan mendapat sebuah ide dengan melakukan sebuah pembuktian di hadapan fir'aun. Asiah menyiapkan roti dan bara api, kemudian menyuruh Musa memilih salah satunya. Sontak Musa mengambil bara api dan memasukkan ke dalam mulutnya sampai lidahnya terbakar oleh panasnya. Asiah berusaha meyakinkan fir'aun bahwa Musa masihlah anak kecil yang belum tau apa apa dengan alasan Musa tidak memilih roti tersebut. Kemudian Fir'aun pun percaya dan mengurungkan niatnya membunuh Musa, dan Musa pun diasuh sampai tumbuh dewasa.
Dari kisah kelahiran Musa ini dapat diambil pelajaran bahwa janji Allah itu pasti benar adanya, kita hendaklah berperasangka baik kepada Allah karena Allah mengetahui apa yang tidak kita ketahui, dan Allah selalu memberi perlindungan jika hamba-Nya memohon kepada-Nya.
Sumber :
Al-Qur'an surat Al-Qasas ayat 1-13
Tafsir Ibnu Katsir (IX:329)
Comments
Post a Comment