Tanda-tanda kiamat merupakan peristiwa yang dikabari oleh Rasulullah akan muncul menjelang datangnya hari kiamat. Setelah sebelumnya membahas tanda-tanda kiamat yang terjadi di fase pertama An-Nubuwwah (part 1), kali ini penulis akan membahas tanda-tanda kiamat yang terjadi di fase kedua yaitu Khilafati ‘ala minhaj An-Nubuwwah.
gambar ilustrasi (www.pixabay.com) |
Tanda-Tanda Kiamat pada Fase Kedua (Khilafati ‘Ala Minhaj An-Nubuwwah)
Khilafati ‘ala minhaj An-Nubuwwah adalah fase kedua yang dilalui umat islam dimana kepemimpinan saat itu dipegang oleh para khalifah yang dipilih dengan dibai’at berdasarkan hasil musyawarah. Sebenarnya ada banyak sekali tanda-tanda kiamat yang terjadi di fase kedua, namun penulis hanya merangkum tujuh dari sekian tanda-tanda yang disebutkan oleh Rasulullah.
A. Wafatnya Rasulullah
Dari Auf bin Malik, dia berkata : Aku menghadap Rasulullah pada saat beliau berada di sebuah tenda yang terbuat dari kulit ketika perang tabuk. Beliau bersabda, “Ingatlah olehmu bahwa akan terjadi enam pertanda hingga datangnya hari kiamat nanti : (1) kematianku, (2) penaklukan baitul maqdis, (3) kematian massal yang membinasakan kalian bagaikan kambing yang tiba-tiba mati, (4) berlimpahnya harta sampai-sampai apabila seseorang diberi 100 dinar pun dia tetap marah, (5) fitnah yang menimpa setiap rumah orang-orang arab, dan (6) perdamaian yang terjadi antara kalian dengan bani ashfar, lalu mereka mengkhianati kalian dan mereka akan mendatangi kalian dengan 80 panji yang setiap panjinya berisikan 12.000 pasukan” [HR Al-Bukhari no 3176]. Hadist tersebut mengisyaratkan bahwa salah satu tanda-tanda kiamat adalah wafatnya Rasulullah [1].
B. Kemunculan dan maraknya para nabi palsu
Walaupun kehadiran para pendusta sudah ada ketika Rasulullah masih hidup, namun kemunculan mereka akan tetap terus berlanjut hingga kemunculan pendusta terakhir sekaligus pendusta yang paling berat fitnahnya kelak nanti yaitu Al-Masih Ad-Dajjal.
· Musailamah Al-Kadzab
Musailamah merupakan nabi palsu yang muncul di fase An-Nubuwah, namun masih hidup hingga masa Khulafaur Rasyidin. Setelah Rasulullah wafat dan Abu Bakar dipilih sebagai khalifah (pengganti) memimpin umat Islam, Musailamah masih melanjutkan kedustaannya. Pada masa itu sang Khalifah Abu Bakar menyeru untuk memerangi kaum murtad dan para nabi palsu. Untuk memperkuat kedudukannya, si pendusta Musailamah menikahi seorang wanita dari bani Tamim yang juga satu frekuensi dengannya, wanita tersebut bernama Sajjah binti Al-Haris bin Suwaid At-Tamimiyah. Seperti halnya Musailamah, wanita ini juga mengaku sebagai nabi, mereka menikah dan tinggal bersama selama 3 hari di Yamamah sebelum Sajjah pulang ke kampung halamannya. Singkat cerita pada pertempuran di Yamamah antara kaum Muslimin melawan pendusta musailamah, diantara pasukan Umat Islam banyak para hafidz yang syahid di medan pertempuran. Musailamah merasa berada di atas angin pada saat itu hingga tiba pasukan Khalid bin walid yang membuat pasukan pendusta ini dipukul mundur lari masuk ke dalam benteng. Ketika pasukan Muslimin berhasil masuk menerobos benteng tersebut, Musailamah si pendusta mati tertusuk oleh lemparan tombak dari tangan Wahsyi dan pasukan Muslimin pun menang [2].
· Sajjah binti Al-Haris bin Suwaid At-Tamimiyah
Sajjah bin ti Al-Haris bin Suwaid At-Tamimiyah adalah seorang perempuan yang tampil dipercaya menjadi tokoh pemimpin masyarakat Tamim. Perempuan ini juga mengaku sebagai Nabi sebagaimana kenabian Rasulullah. Perempuan ini mengaku sebagai Nabi setelah wafatnya Rasulullah. Di masa kekhalifahan Abu Bakar As-Siddiq, dia bertekat menghabisi Umat Islam yang ada di Madinah. Di samping itu, di kampung halamannya (di Tamim) terjadi sebuah penyimpangan akidah yaitu berhenti menuaikan keutamaan Umat Islam yaitu zakat. Kehadiran perempuan ini mengejutkan bani Tamim yang mengaku sebagai Nabi, sebahagian memilih beriman karena lebih menyukai nabi yang satu suku dengan mereka. Sebelum menuju Madinah, perempuanini memerintahkan pasukannya untuk menyerang Yamamah yang dipimpin oleh pendusta Musailamah Al-Kadzab. Pada saat itu di Yamamah, Musailamah sedang dilanda kegelisahan oleh dua tekanan yaitu oleh Umat Islam dan oleh Sajjah. Demi menghalau dua tekanan tersebut, Musailamah membuat strategi untuk memperkuat kedudukannya yaitu dengan menjebak kelemahan Sajjah agar mau berdiplomasi dan menikah dengannya. Kalah unggul dalam adu argumen kewahyuan dengan Musailamah, Sajjah kemudian mengakui kenabian Musailamah dan menerima pinangan pernihakhan dengan mahar penghapusan waktu shalat Isya dan Subuh. Setelah selama tiga hari tinggal bersama di tenda, Sajjah mengurungkan niatnya menyerang Umat Islam di Madinah dan kembali ke Tamim karena alasan yang tidak diketahui namun dia meninggalkan sebahagian pasukannya untuk bergabung dengan pasukan Musailamah membentuk pasukan yang lebih besar lagi. Singkat cerita setelah pasukan Musailamah kalah dan tewasnya Musailamah, gerakan kenabian palsu yang dibangun antaranya dan Sajjah pun berakhir [3].
· Tulaihah Al-Asadi
Tulaihah Al-Asadi, seorang tokoh dukun dari bani Asad yang haus kekuasaan, memiliki nama asli Tulaihah bin Khuwailid. Dia tercatat pernah memeluk Islam bersama kaumnya setelah peristiwa pembebasan Mekkah. Dan ketika Rasulullah sudah wafat, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk mengaku sebagai nabi dengan menggoyahkan keimanan kaumnya yang masih lemah. Dia menyebarkan ajaran hasil karangannya untuk memperoleh simpati dari kaumnya, ia mengganti gerakan shalat dan menghapus zakat dan berhasil menyatukan tiga suku besar di Arab yaitu bani Asad, bani Ghatafan, dan bani Thayyi’. Tulaihah dan para pengikutnya terang-terangan memerangi syariat Islam yaitu memisahkan zakat dari kewajibannya. Pada masa itu pula Abu Bakar sang Klalifah di Madinah menyeru Khalid bin Walid beserta pasukannya untuk memerangi kaum murtad dan nabi palsu yang mengancam akidah Umat Islam kala itu. Di wilayah Buzakkah, Tulaihah bersama pasukannya sudah menunggu kedatangan pasukan Khalid bin Walid. Pada perang tersebut, pasukan thulailah mengalami kesulitan di medan pertempuran karena tingginya semangat jihad Umat Islam. Ketika Thulailah melihat tidak ada harapan menang, dia pun kabur bersama istrinya lari dari medan pertempuran meninggalkan pasukannya sehingga pasukannya terpojok dan mundur. Thulaihah bersembunyi ke negeri Syam bersama istrinya, dan di tempat itulah dia menyesal dan bertaubat sehingga kembali memeluk Islam. Dengan kemurahan hati Abu Bakar, Thulaihah mendalami Ilmu Islam dan diberi kesempatan mengikuti momen-momen jihad bersama pasukan Umat Islam. Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Thulaihah membuktikan diri sebagai seorang mukmin sejati ketika melawan pasukan Persia di wilayah Qaddisiyah. Pada perang itu dia membawa prestasi besar atas kemenangan Umat Islam dengan mengalahkan tiga panglima perang Persia (dua terbunuh dan satu tertawan). Pada perang Nahawand, perang terakhir melawan sisa-sisa pasukan persia bersama pasukan umat Islam di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqas, dia pun gugur sebagai syahid [4].
C. Penaklukan Istana Putih
Dari Jabir bin Samurah, aku mendengar Rasulullah bersabda pada jum’at sore bersamaan dengan eksekusi rajam yang dilakukan pada Al-Aslami, “Ketahuilah, agama ini akan selalu tegak hingga hari kiamat tiba nanti. Atau di tengah-tengah kalian akan muncul 12 Khalifah yang semuanya berasal dari Quraisy”. Atau aku (Jabir) mendengar dari Rasulullah, “Sekelompok kecil kaum Muslimin akan menaklukkan gedung putih istana kisra atau bala tentara kisra” [HR Muslim]. Dan dari Jabir bin Samurah, bersabda Rasulullah : “Ketahuilah, agama ini akan selalu tegak hingga di tengah-tengah kalian akan muncul 12 khalifah yang semuanya berasal dari Quraisy. Kemudian, muncullah para pendusta besar sebagai tanda dekatnya hari kiamat. Kemudian muncullah sekelompok kaum muslimin yang akan menaklukkan gedung putih istana kisra dan mengeluarkan perbendaharaan Raja Kisra dan dinasti kisra”[HR Ahmad]. Kedua hadist mengisyaratkan penaklukan istana kisra yang juga dikenal sebagai istana putih dari ibu kota Persia (Mada’in). Imam Nawawi menyebut bahwa istana putih tersebut telah ditaklukkan oleh kaum Muslimin pada masa khalifah Umar bin Khattab. Beliau berpendapat aksi penaklukan istana kisra terjadi pada masa khalifah Umar bin Khattab yang mana pernyataan tersebut didukung oleh redaksi hadist dan realitas yang terjadi pada masa itu [1]. Walau terdapat isyarat yang sangat rancu namun, realitas yang terjadi pada masa khalifah Umar bin khattab yaitu setelah pasukan Umat Islam yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqqash pada perang Qaddasiyyah berhasil mengalahkan pasukan Persia yang dipimpin oleh Rustum. Setelah mengalami kekalahan menghadapi pasukan Umat Muslim, Raja Persia saat itu mundur meninggalkan istana tersebut bersama permaisurinya dan menyebabkan pasukan Umat Islam dengan mudah menaklukkan Istana tersebut (Istana Kisra). Pasukan Umat Islam berhasil membawa cahaya Islam di sana dan sekaligus membawa rampasan perang dari istana Kisra yaitu semua harta istana beserta baju Raja Kisra ke hadapan Khalifah Umar bin Khattab [1,5].
D. Penaklukkan Baitul Maqdis
Penaklukan Baitul Maqdis merupakan salah satu dari enam tanda kiamat yang disebutkan oleh Rasulullah dari hadist riwayat Al-Bukhari no 3176 oleh Auf bin Malik. Penaklukan Baitul Maqdis yang pertama terjadi pada masa kekhalifahan Amirul Mu’minin Umar bin Khattab setelah peristiwa perang Yarmuk. Masyarakat lokal Syam pada masa itu lebih memilih bergabung dengan Kekhalifahan Umat Islam dibandingkan harus terzalimi oleh Kekaisaran Bizantium. Hal itu terbukti dengan sukarelanya mereka diam-diam membantu pasukan Umat Islam dengan membuat artileri bersama Pasukan Umat Islam dan berhasil mengusir Kekaisaran Bizantium Rome dari tanah Syam termasuk dari Ibu kota Utama Syam Damaskus. Beberapa tahun kemudian Umat Islam mendekati wilayah Jerusalem yang pada saat itu masih di bawah tanggung jawab Uskup Sophronius sebagai perwakilan Bizantium rome sekaligus kepala gereja Kristen Jerusalem. Pada saat itu Uskup tersebut menolak menyerahkan Jerusalem kepada Umat Islam kecuali sang Khalifah Umar bin Khatttab menemuinya. Mendengar permintaan tersebut, sang Khalifah Umar langsung bergerak menuju Jerusalem dengan hanya ditemani oleh satu pengawal. Setibanya sang Khalifah di Jerusalem, Uskup menerima kedatangannya dengan baik dan sekaligus takjub serta kagum dengan sosok Khalifah karena hanya memakai pakaian sederhana walaupun merupakan seorang pemimpin. Sang Khalifah diajak berkeliling ke dalam kota, dan ketika waktu shalat tiba sang uskup mempersilahkan untuk shalat di gereja namun Khalifah menolak dengan halus. Alasan penolakan tersebut adalah Khalifah khawatir Umat Islam nanti akan mengubah gereja tersebut menjadi masjid dengan alasan sang Khalifah pernah shalat di tempat itu. Khalifah kemudian melaksanakan shalat di luar gereja dan lalu tempat shalat tersebut dibangun masjid Umar bin Khattab. Sang Khalifah, Uskup, dan beberapa panglima Umat Islam menandatangani perjanjian dan Jerusalem diserahkan dan menjadi tanggung jawab Kekhalifahan [1,5].
E. Wabah yang Menimpa Para Sahabat
Dari hadist [HR Al-Bukhari no 3176], salah satu tanda kiamat yang disebut Rasulullah adalah “kematian massal yang membinasakan kalian bagaikan kambing yang tiba-tiba mati”. Pertanda ini muncul pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab dalam bentuk wabah tha’un di negeri Syam yang telah banyak merengut nyawa orang termasuk para sahabat [1,5].
F. Syahidnya Imam Ustman bin Affan
Dari Abu Hudzaifah Ibnul Yaman, Rasulullah bersabda “Demi Dzat yang jiwa ini dalam genggaman (kekuasaan)-Nya. Ketahuilah, hari kiamat tidak akan terjadi sehingga kalian membunuh imam kalian dan kalian akan saling tebas dengan pedang-pedang kalian. Akhirnya dunia ini akan dikuasai oleh orang-orang jahat di antara kalian” [HR At-Tirmizi, status hadist adalah berderajat Hasan]. Hadist tersebut mengisyaratkan bahwa menjelang hari kiamat, (1) kita umat Islam akan membunuh imam (pemimpin) kita dan (2) akan terjadi perang sesama umat Islam dikarenakan fitnah dahsyat pada masa itu. Hadist tersebut merupakan salah satu bukti nyata mukzizat Rasulullah yaitu (1) syahidnya Ustman bin Affan oleh tangan seorang muslim yang terprofokasi, dan (2) perang jamal dan perang shiffin pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib [1].
G. Munculnya kaum khawarij
Kaum khawarij pertama kali menampakkan batang hidungnya pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Mereka muncul setelah perang shiffin antara kubu Ali bin Abi Thalib dengan kubu Muawwiyah. Di tengah-tengah peperangan pihak Muawwiyah meneriakkan ajakan tahkim (perundingan) demi menghindari bertambah banyaknya jatuh korban. Khalifah Ali menyetujui ajakan tersebut namun ada sebahagian dari pasukannya menentang dan membelot dari keputusan Khalifah, kemudian sebahagian kelompok inilah yang disebut dengan golongan khawarij. Mereka melancarkan fitnah-fitnah terhadap tokoh-tokoh sahabat dengan mengkafirkan dan membunuh mereka, serta membantai dan merampok kafir dzimmi (non muslim yang tunduk pada otoritas Islam) dan membuat konspirasi untuk membunuh sang Khalifah dan Muawwiyah. Mengetahui hal tersebut, sang khalifah Ali menyeru mengadakan gerakan penumpasan terhadap kaum khawarij tersebut, hingga konspirasi kaum khawarij berhasil dipadamkan pada pertempuran di Nahrawan [1].
Rangkuman sifat-sifat kaum khawarij yang disebutkan Rasulullah lebih dari 1400 tahun yang lalu [1]:
- Mereka terkenal rajin beribadah namun memandang rendah para sahabat.
- Mereka hanya membaca Al-Qur’an secara sekilas tanpa merenungi kandungan maknanya.
- Mereka gegabah dan terburu-buru dalam mengambil suatu sikap.
- Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah yang melesat dari busurnya.
- Mereka terlalu cepat menuduh orang serta sikapnya tanpa ada sopan santun sama sekali.
- Mereka gampang sekali berubah pikiran, yaitu baru saja memeluk islam kemudian segera keluar karena perbedaan pendapat dan mengkafirkan para sahabat.
Kesimpulan
Pada fase ke-dua Khilafatih ‘Ala minhaj An-Nubuwwah telah terjadi banyak tanda-tanda kiamat, tujuh di antaranya adalah wafatnya Rasulullah; munculnya nabi palsu; penaklukan istana putih kisra; penaklukan Baitul Maqdis; wabah yang menimpa para sahabat; syahidnya Ustman bin Affan (sang Imam); munculnya kaum khawarij.
Penutup
Tulisan di atas merupakan hasil review penulis dari beberapa sumber yang dapat dipercaya. Jika pembaca menemukan kejanggalan atau kritik atau saran, silahkan tinggalkan pesan di kolom komentar.
Referensi
[1] Dr. Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh. Ensiklopedi Akhir Zaman. Palestina
[5] Serial Umar bin Khattab (Omar). MBC Group
Comments
Post a Comment